1. Determinasi
Karbohidrat
Analisis bahan makanan untuk
menetapkan kadar karbohidrat yang banyak jenisnya itu merupakan suatu pekerjaan
yang sulit dilakukan oleh sebab itu dalam analisis yang dikerjakan sehari-hari,
penetapan karbohidrat dilakukan dalam dua golongan, yaitu serat kasardan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BNTN).
Pembagian tersebut diperoleh dari cara kimiawi yang ditemukan lebih dari
delapan puluh tahun yang lalu oleh Henneberg dan Stohmann dan dikenal sebagai
cara Weende disesuaikan dengan nama pusat penelitian mereka
a. Serat Kasar
Yang disebut serat kasar adalah
semua zat organik yang tidak dapat larut dalam H₂SO₄ 0,3 N dan dalam NaOH
1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit (slulosa, lignin, sebagian
dari pentosan-pentosan).
Analisis bahan makanan
terhadap kadar serat kasarnya dilakukan sebagai berikut : Bahan makanan dimasak
dengan asam lemah hingga mendidih untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein
yang terdapat di dalamnya. Pemasakan lebih lanjut dengan alkali menyebabkan
terjadinya penyabunan zat-zat lemak yang ada di dalam bahan makanan. Zat-zat
makanan yang tidak larut selama pemasakan tadi terdiri terutama dari serat
kasar dan zat-zat mineral yang kemudian terus disaring , dikeringkan dan di
timbang. Kemudian terus dipijarkan lalu didinginkan dan di timbang lagi. Perbedaan
kedua berat tadi menunjukkan berat serat kasar yang ada dalam bahan makanan.
Di laboratorium hal itu
dikerjakan sebagai berikut: Ditimbang kurang
lebih satu gram bahan (X), dimmasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml.
Ditambahkan 50 ml H₂SO₄ 0.3 N ; dimasak
hingga mendidih selama 30 menit. Dengan cara demikian, protein, gula dan pati
yang terdapat dalam bahan makanan menjadi hancur dan yang tinggal dalah
selulosa, lignin, sebagian dari pentosan-pentosan dan beberapa zat mineral. Waktu
mendidihkan harus diperhatikan supaya apinya jangan terlalu besar agar cairan
jangan meluap. Lalu cairan disaring
melalui kertas saring yang sudah dikeringkan dalam alat pengering pada
suhu 105˚-110˚ C selama satu jam serta ditimbang (a) dan dimasukkan dalam
corong Buchner. Penyaringan tersebut dilakukan dalam labu pengisap yang
dihubungkan dengan pompa vakum atau pompa pancar air, dicuci
berturut-turut dengan
50
ml air panas
50
ml H₂SO₄ 0.3 N
50
ml air panas
25
ml aseton
kertas saring dan
isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dikeringkan selama satu jam dalam
alat pengering pada suhu 105˚-110˚ C. Didinginkan dalam eksikator dan ditimbang
(Y) sesudah itu dipijarkan, dinginkann timbang (Z).
perhitungan: Kadar
Serat Kasar
b. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
BTEN yang meliputi gul , zat pati, dan
hemiselulosa dapat diketahui kadarnya dengan jalan :100 – (kadar air + kadar
abu + kadar protein + kadar lemak + kadar serat kasar).
2.
Determinasi Lemak
Dalam analisa bahan makanan
secara rutin, lipida ditetapkan sebagai ekstrak eter. Bahan makanan dikeringkan
sampai bebas air dan kemudian disaring dengan etil eter. Setelah lemaknya larut
didalam eter maka kadar lemak dapat dihitung dengan menguapkan eter tadi di
atas pemanas air. Demikianlah cara umumnya dipakai untuk mengetahui kadar lemak
dalam bahan makanan . Perlu diperhatikan di sini bahwa lemak yang didapat
bukanlah lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai-bagai zat yang terdiri
dari klorofil, xantofil, karoten, dan lain-lain. Oleh sebab itu lebih tepat
apabila hasil dari penyarian tadi disebut ekstrak eter atau lemak kasar
daripada disebut lemak.
Di dalam laboratorium penetapan kadar lemak dikerjakan sebagai
berikut: sebuah labu penyari dengan beberapa butir batu didih didalamnya
dikeringkan dalam alat pengering pada
suhu 105˚-110˚ C selama satu jam.
Didinginkan dalam eksikator , kemudian di timbang = a gram. Ditimbang kira-kira
5 gram contoh = X gram ( banyak sedikitnya contoh yang ditimbang tergantung
pada kadar lemak bahannya), yang lalu di masukkan ke dalam selongsong penyaring
( dapat juga digunakan kertas saring yang dapat dibuat seperti kantung ) dan di
tutup dengan kapas yang tak berlemak. Selongsong penyaring dimasukkan ke dalam
alat Soxhlet jernih, labu penyaring
dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 105˚-110˚ C selama satu jam.
Didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Pekerjaan mengeringkan dan menimbang
diulangi hingga tercapai berta yang tetap (b gram).
Perhitungan:
Kadar lemak
3. Determinasi
Protein
Protein dalam bahan makanan,
termasuk dalam zat-zat yang mengandung nitrogen. Untuk mengetahui kadar protein
dari bahan makanan tersebut perlu ditentukan kadar nitrogennya secara kimiawi.
Kemudian angka tersebut dikalikan dengan faktor 6,25. Faktor tersebut digunakan
karena zat nitrogen mewakili kurang lebih 16 persen dari protein (100 :16 =
6,25). Kandungan protein dari bahan makanan penting ; tidak hanya dari sudut
ilmu makanan akan tetapi karena bahan makanan yang kaya akan protein adalah mahal.
Cara yang umum digunakan untuk
penetapan kadar nitrogen dalam bahan makanan ialah cara Kjeldahl. Cara tersebut
terdiri dari:
1.
Oksidasi
bahan makanan yang akan diselidiki dan pengubahan N-protein menjadi amonium
sulfat.
2.
Pemecahan
amonium sulfat dengan alkali kuat dan penyulingan amonia yang timbul ke dalam
asam standar.
3.
Titrasi
asam standar dengan basa standar.
4.
Perhitungan
kadar protein yang terdapat dalam bahan
berdasar berat daan volume asam sasam standar yang dinetralisasi oleh amonia.
Ad.
1. Proses Oksidasi ( Proses destruksi )
Oksidasi bahan dilakukan dalam
labu Kjeldahl dengan cara memanaskan bahan tersebut dengan asam sulfat pekat
untuk membentuk CO₂ dan air dan untuk
melepaskan N sebagai amonia. Amonia ini
dalam larutan asam sulfat terdapat sebagai amonium sulfat, tetapi CO₂ dan airnya terus
menguap. SO₂ adalah hasil reduksi
dari sebagian asam sulfat dan zat ini juga menguap.
Zat
organik + H₂SO₄ ⟶
CO₂+H₂O+(NH₄)₂SO₄+SO₂
Pada
proses oksidasi ini digunakan macam-macam katalisator untuk mempercepat
pemecahan bahan. Cu, Hg, dan selenium adalah katalisator-katalisator yang
sering digunakan . Campuran di panaskan terus hingga larutan jernih dan
berwarna hijau.
Ad. 2.
Proses Penyulingan
Setelah larutan menjadi jernih
dan berwarna hijau labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam
labu penyuling kemudian diencerkan dengan ± 300 ml air.Pengenceran ini perlu
untuk mengurangi kehebatan reaksi yang nanti yang nanti akan terjadi apabila
larutan ditambah alkali. Larutan dijadikan basa dengan menambahkan ± 100 ml NaOH 33% dan
dipasang dengan cepat ke alat penyuling.
Sulingan
(NH₃ dan air ) ditangkap dalam suatu labu
Erlenmeyer yang terlebih dahulu telah diberi sejumlah H₂SO₄ dengan titar tertentu
dan 2 tetes indikator campuran.
2
NH₃ + 2H₂SO₄⟶ (NH₄)₂ SO₄ + H₂SO₄
Penyulingan diteruskan hingga semua
N dari cairan tertangkap oleh H₂SO₄ yang ada dalam labu Erlenmeyer ( bila 2/3 bagian cairan dalam labu penyuling
telah menguap).
Ad.
3. Titrasi
Labu Erlenmeyer yang berisi
sulingan diambil dan kelebihan H₂SO₄ yang digunakan untuk
menangkap N dititrasi dengan 2 yang mempunyai titar tertentu
H₂SO₄ + 2 NaOH⟶Na₂SO₄ +2H₂O
Perubahan
warna dari biru ke hijau menandakan titik akhir.
Ad.
4. Perhitungan Kadar Protein Kasar
Titrasi blanko dikurangi titrasi dari
kelebihan H₂SO₄ yang digunakan untuk
menangkap N sama dengan jumlah asam yang dinetralisir oleh amonia dari bahan.
Misal: Untuk titrasi kelebihan asam
dalam blanko dibutuhkan Y ml 0,3 N NaOH. Untuk titrasi kelebihan asam yang
digunakan untuk menangkap N dari bahan dibutuhkan Z ml 0,3N NaOH.
Maka: (Y-Z) x 0,3 ml NaOH adalah
serangga (ekuivalen) dengan amonia (atau N) yang disuling dari bahan.
0,014
x (Y-Z) x 0,3 gram N terdapat dalam bahan (1 ml larutan alkali ekuivalen dengan
1 ml larutan N yang mengandung 0,014 garam N).
0,014
x (Y-Z) x 0,3 x 6,25 gram protein terdapat dalam bahan (6,25 ialah faltor
protein untuk menghitung N ke dalam protein)
Kadar
protein kasa
4.
Determinasi Vitamin/Mineral
Zat-zat mineral sebagai suatu
golongan dalam bahan makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar
zat-zat organik dan kemudian menimbang sisanya yang di sebut abu. Penentuan
demikian tidak menjelaskan apa-apa mengenai zat-zat khusus yang ternapat dalam
bahan makanan, dan abunya dapat mengandung karbon yang berasal dari zat-zat
organik sebagai karbonat bila terdapat terlalu banyak zat-zat mineral pembentuk
basa. Abu hasil pembakaran dapat digunakan sebagai titik tolak untuk
determinasi zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan makanan.
Di
dalam laboratorium kadar zat mineral dapat ditetapkan sebagai berikut :
Terlebih dahulu cawan porselen
dikeringkan dalam alat pengering (105˚C), didinginkan dalam
eksikator, ditimbang (X). Sejumlah contoh tertentu dimasukkan ke dalamnya (Y).
Contoh dipijarkan diatas nyala pembakar Bunsen sampai tak berasap lagi, lalu di
masukkan ke dalam tanur listrik ( 400-600˚C). Sesudah abu
menjadi putih seluruhnya: diangkat, didinginkan, dan ditimbang (Z).
Kadar
Abu :
HOT BONUS !!!
BalasHapusDapatkan berbagai BONUS yang hanya di BOLAVITA !!
Bolavita menyediakan berbagai macam bonus yang cukup menarik untuk Judilovers yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Berikut bonus-bonus yang diberikan :
♥ BONUS NEW MEMBER 10%
♥ BONUS EVERYDAY 5%
♥ BONUS ROLLINGAN 0.5%
♥ BONUS REFFERAL 10%
Semua bonus bisa Anda dapatkan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Dengan mendapatkan BONUS REFFERAL, tentunya Anda akan mendapatkan uang tambahan. Dengan cara daftar akun sekarang dan ajaklah teman bermain di BOLAVITA !!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623
#bolavita #bvgaming #bonusnewmember #Bonusdeposit #judionlineresmi #agentogelterpercaya #togelonline #judionlineresmi #bandarjuditerbaik #agenjuditerbaik #situsjuditerpercaya #situsjuditerbaik #situsjuditerbesar